Cegah Corona, Psikolog Beri Saran Terapkan Social Distancing Tanpa Stres

Social Distancing tengah diterapkan pemerintah untuk mencegah penularan virus corona (COVID 19). Social Distancingmencakup metode yang membuat orang terpisah secara fisik satu sama lain. Pasalnya, kedekatan fisik mampu membawa patogen yang berpindah dari satu tubuh ke tubuh lain.

Upaya ini juga termasuk mengisolasi orang yang terinfeksi, mengarantina orang yang mungkin telah terinfeksi, dan membuat orang terpisah satu sama lain secara umum. Jarak sosial sangat penting untuk pandemi yang sedang berlangsung karena saat ini, karena tidak ada vaksin yang mampu mencegah penularan virus ini. Jika permukaannya kotor langsung bersihkan dengan cara menggunakan deterjen atau sabun dan air sebelum disinfeksi.

Social Distancing di antaranya dilakukan dengan tetap berada di rumah dan menghindari pertemuan dengan banyak orang. Dalam situasi tersebut, Psikolog dari Yayasan Praktek Psikolog Indonesia Adib Setiawan, S. Psi., M. Psi., membenarkan rasa bosan hingga stres bisa saja terjadi. Namun, menurut Adib, hal itu dapat dihindari dengan hal hal berikut ini:

Menurut Adib, kurangnya wawasan terkait sebaran virus ini bisa memicu stres. Sebaliknya, dengan pengetahuan yang cukup, seseorang akan mengerti bagaimana virus tersebut menjangkit manusia, penularannya, hingga cara pencegahan dan penanganannya. Dengan begitu, menurut Adib, kemungkinan merasa streslebih sedikit.

Menurut Adib, setelah melakukan langkah langkah pencegahan,setiap pribadi harus berserah diri. Hal itu juga bisa mengurangi stresdalam menghadapi situasi di tengah wabah ini. "Tentunya, yang selanjutnya pasrah karena hidup dan mati, Tuhan yang menentukan," tutur Adib.

Kendati demikian, Adib menekankan bahwa meminimalisir resiko penularan sangat penting untuk dilakukan. Menurut Adib, membatasi keluar rumah dan bertemu dengan banyak orang sudah menjadi langkah yang tepat dilakukan saat ini. "Sebaiknya perbanyak di rumah, kalau ketemu orang di luar itu sebaiknya yang penting penting banget," ujarnya.

"Nyawa manusia lebih berharga daripada kebutuhan kebutuhan yang sifatnya jangka pendek, yang bisa melindungi diri kita ya kita sendiri," tutur Adib. Selain itu, Adib juga menyarankan setiap pribadi untuk tidak mudah cemas ketika menghadapi situasi ini. Jika timbul kecemasan yang berlebih, Adib menyarankan untuk melakukan konseling dengan psikolog.

Masyarakat dapat mendapatkan layanan tersebut, satu di antaranya, di Yayasan Praktek Psikolog Indonesia di Bintaro, Jakarta Selatan, atau menggunakan layanan konsultasi daring di www.praktekpsikolog.com. Adib menuturkan, beredarnya informasi kebohongan atau hoaks dapat memicu stres. Oleh karena itu, Adib pun menyarankan masyarakat untuk tidak mudah menerima informasi yang tidak jelas sumbernya.

"Supaya nggak kemakan hoaks, jangan membaca media sosialsaja tapi juga media media yang terpercaya sehingga pengetahuan yang didapat benar," kata Adib. Menurut Adib, istirahat yang cukup juga diperlukan untuk menjaga daya tahan tubuh serta menghindari stress. "Minum vitamin, minum jamu, istirahat cukup, olahraga yang cukup, itu sangat penting," tuturnya.

"Jangan ngoyo , jangan kendor, kerja santai aja," tambah dia. Adib juga menyampaikan, dalam menghadapi situasi ini, yang terpenting adalah tetap tenang. "Sepanjang tenang aja, nggak masalah," ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *