Mantan Dubes Jepang di AS Menilai Pembatalan Sistem Aegis Ashore Terlalu Terburu-buru

Mantan duta besar Jepang di AS tahun 2008 2012, Ichiro Fujisaki menyayangkan keputusan Menteri Pertahanan Jepang Taro Kono yang membatalkan sistem Aegis Ashore dua hari lalu, Rabu (24/6/2020). "Kalau dari segi hukum pemasangan sistem anti peluru kendali darat Aegis Ashore tersebut sudah benar. Namun kok kelihatan terburu buru membatalkannya. Apakah dulu tidak dipikirkan masak masak dalam penggunaan sistem tersebut," papar Ichiro Fujisaki, mantan dubes Jepang di AS tahun 2008 2012, Jumat (26/6/2020) di TV Asahi. Menurutnya, sistem pertahanan harusnya dipikirkan sangat detil dan masak masak sebelumnya.

"Sekarang dengan pembatalan itu masyarakat jadi bingung. Mengapa masalah yang sangat penting ini malah dengan mudah dibatalkan begitu saja, apakah dulu tidak diperhitungkan dan dipikirkan secara matang?" tanya dia. Fujisaki juga mengakui ketergantungan Jepang kepada Amerika Serikat. "Kini dengan hubungan yang belum kelihatan aktif kembali dengan AS karena pandemi Corona ini, sebenarnya Jepang dalam keadaan kurang baik, sewaktu waktu diserang negara lain membahayakan sekali, karena ketergantungan dengan AS," ungkap dia.

Kalau Jepang hubungannya baik tak masalah dengan AS, tetapi dulu ada waktunya di mana hubungan kurang baik dengan AS gara gara Okinawa, itu membahayakan pertahanan Jepang. "Oleh karena itu hubungan Jepang dengan AS harus selalu baik dan harus selalu mendukung Presiden AS siapa pun yang terpilih nantinya karena ketergantungan pertahanan kepada AS," lanjutnya. Saat ini Jepang memiliki 240.000 pasukan beladiri (SDF) dengan 134 kapal laut tempur, dan 400 unit kapal terbang tempur. Anggaran Jepang hanya 5 triliun yen.

Angka tersebut jauh di bawah negara tetangganya China yang saat ini memiliki 2,03 juta tentara, 740 kapal laut tempur dan 2.720 pesawat tempur. Sedangkan peluru kendali ada 320 baik yang skala pendek menengah maupun skala panjang. Anggarannya 19,92 triliun yen. Sebelumnya diberitakan sistem Aegis Ashore, pertahanan darat anti peluru kendali yang dibeli dari Amerika Serikat diputuskan ditarik dan Jepang akan membuat sistem pertahanan baru yang lebih canggih lagi dalam waktu dekat.

"Kita putuskan untuk menarik Aegis Ashore dari Akita dan Yamaguchi sesuai hasil rapat Dewan Keamanan Nasional (NSC) kemarin," papar Menteri Pertahanan Jepang, Taro Kono, Kamis (25/6/2020) pagi. Rapat NSC dilakukan kemarin sore dipimpin Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan menteri terkait pertahanan, termasuk menlu dan sebagainya. Di markas Partai Liberal Demokratik (LDP) juga setelah itu dilakukan rapat pagi ini.

"Kami sangat meminta maaf atas situasi seperti itu dan memutuskan untuk menarik penempatan ke Perfektur Yamaguchi dan Akita," tambah Kono yang juga anggota LDP. Mengingat situasi baru baru ini di Laut Cina Timur, bukan kebijakan keamanan yang baik untuk melindungi negara dengan pertahanan rudal balistik saja. Namun pertahanan yang terintegrasi termasuk laut akan dibuat satu sistem baru yang canggih oleh pihak Jepang dalam waktu dekat ini.

"Kita ingin bergerak maju sambil bertukar pendapat dengan tegas antara partai dan pemerintah. Kita ingin melihat bagaimana seharusnya strategi keamanan, termasuk sistem pertahanan rudal yang menggantikan "Aegis Ashore" agar terintegrasi dengan canggih nantinya," ujar dia. Pada awal pertemuan, mantan Menteri Pertahanan Onodera, yang juga ketua penelitian keamanan LDP, mengatakan, "Kami ingin membentuk tim proyek dan membahas lagi sistem seperti apa yang kami butuhkan untuk pertahanan rudal sebagai sebuah partai." Kementerian Pertahanan mengatakan untuk secara efektif melindungi seluruh Jepang dengan dua Aegis Ashore, perlu untuk menempatkannya di dekat Prefektur Akita dan Prefektur Yamaguchi, awalnya di Area Latihan Mutsumi dari SDF di Kota Hagi, Prefektur Yamaguchi, Area latihan bangunan baru Pasukan Bela Diri di Kota Akita adalah tempat kandidat untuk ditempatkan.

Kementerian Pertahanan telah berkoordinasi dengan penduduk setempat, tentang lapangan latihan di Kota Akita. Namun ada beberapa yang melakukan penolakan dan menyebar secara lokal karena survei yang ceroboh dari Kementerian Pertahanan. Selanjutnya, pada tanggal 15 Juni Menteri Pertahanan Taro Kono menyatakan niatnya menunda rencana penempatan di Perfektur Yamaguchi dan Akita.

Kini dipastikan peralatan tersebut ditarik dan akan diganti dengan sistem pertahanan yang baru. Diskusi mengenai Jepang dalam WAG Pecinta Jepang terbuka bagi siapa pun. Kirimkan email dengan nama jelas dan alamat serta nomor whatsapp ke: [email protected]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *