Foto kereta emas Belanda memicu kehebohan di Indonesia lantaran bergambar situasi di masa kolonial. Di kereta itu, terlihat orang orang Indonesia dan Afrika menjadi budak orang orang Belanda. Lorraine Riva melalui akun Twitter @yoyen menerangkan, kereta emas ini bernama Gouden Koets dan lukisan yang sedang hangat jadi perbincangan itu bernama Hulde der Kolonieen. Perempuan yang tinggal di Belanda dan menyukai sejarah ini mengatakan, lukisan tersebut tentang penghormatan dari daerah koloni Belanda (di West dan Oost Indies).
Koloni di Barat yang populer dengan nama West Kolonieen dalam bahasa Belanda berada di Afrika atau Karibia. Di koloni Barat ada serikat dagang West Indische Compagnie (WIC) yang meliputi Afrika Barat, Karibia (Suriname, Antilen), bahkan sampai ke Brasil juga karena ada perkebunan nanas dan tebu di sana. Kemudian, Oost Kolonieen adalah koloni di Hindia Belanda yang sekarang menjadi Indonesia. "Hindia Belanda kadang namanya di naskah sejarah Oost Indie. Makanya dulu kan ada VOC, Verenigde Oost Indische Compagnie," tulis Lorraine di utas Twitter nya, Senin (8/6).
Perbincangan tentang lukisan di kereta emas Belanda ini lalu menghangat di media sosial karena gambar tersebut seolah olah menyiratkan kebanggaan zaman kolonial. Mengenai hal itu, Lorraine menerangkan, "Sebetulnya panel lukisan itu tentang penghormatan dari daerah koloni Belanda (di West dan East Indies) untuk naik takhtanya Ratu Wilhelmina". "Dalam konteks sekarang mungkin diartikan sebagai perayaan kolonialisme," ujarnya.
"(Namun) konteks sewaktu kereta itu dibuat (adalah) faktual," ungkap Lorraine kepada Kompas.com melalui pesan singkat, Selasa (9/6). Gouden Koets merupakan kereta emas hadiah dari penduduk Amsterdam untuk Ratu Wilhelmina yang naik takhta pada 1898. Kereta itu dibuat pada 1897 silam. Di utas Twitter nya, Lorraine menguraikan, kereta emas ini adalah hasil patungan dari beberapa rukun warga (RW) di Amsterdam, dan yang membuatnya adalah firma bernama Spijker.
Konon, Ratu Wilhelmina sempat menolak rencana pemberian kado itu, tetapi akhirnya dia menyetujuinya dengan syarat atap kereta harus tinggi agar ia bisa berdiri di dalamnya. Rakyat Amsterdam juga mengajukan syarat ke firma, kaca kereta harus bisa memperlihatkan sang ratu duduk di dalamnya, dan Wilhelmina dapat melihat rakyatnya dari balik jendela kereta. "Ukuran kereta enggak boleh terlalu besar karena gang gang di pusat kota kota Belanda yang sempit," imbuh Lorraine.
Walau namanya Gouden Koets (Kereta Kuda Emas), bahan utamanya adalah kayu jati dari Jawa. Lorraine menyebutkan, ada beberapa ornamen yang terbuat dari gading di Sumatra dan elemen dari kulit sapi dari provinsi di Belanda Selatan, yaitu Zeeland. Gouden Koets memiliki empat panel gambar yang dilukis oleh Nicolaas van der Waay. Menurut Lorraine, setiap panel gambar bercerita tentang empat hal, yakni masa depan, masa lalu, penghormatan dari/ke koloni, dan penghormatan dari/ke Belanda.
Lalu, panel yang sedang menghebohkan jagat media sosial Indonesia adalah panel Hulde der Kolonieen. "Ini artinya bisa dua: penghormatan ke dan/atau penghormatan dari koloni (untuk naik takhtanya Juliana)," kata dia. "Memang waktu itu kereta ini dibuat syaratnya harus menggambarkan kejayaan Kerajaan Belanda," ujar Lorraine kepada Kompas.com. Desain Gouen Koets bergaya Renaissance karena mengacu ke kejayaan di Masa Keemasan (Gouden Eeuw/Golden Age), sehingga panel panel gambar di keretanya penuh dengan simbol.
Di panel Hulde der Kolonieen, banyak simbol yang mengandung makna masing masing. Perempuan yang duduk di tengah lukisan melambangkan Belanda. Di depannya ada tumpukan hasil panen, seperti kepala kerbau, pisang, tebu, dan hantaran lainnya. Ia dikelilingi budak Afrika yang melambangkan koloni Barat, dan budak Indonesia yang mencerminkan koloni di Timur. Ada juga budak dari pejabat lokal di Jawa.
Konon, panel Hulde der Kolonieen terinspirasi dari lukisan Charles Rochussen pada 1852. Sebuah petisi muncul menggugat Kereta Emas dari Belanda dengan tulisan perbudakan di Indonesia"Kereta ini di museum perbudakan untuk memberitahu sejarah kolonial kita," demikian keterangan yang tertera di petisi tersebut. Dari pantauan hingga Rabu (10/6/2020) siang pukul 14.50 WIB, petisi yang dibuat oleh Nugah Shrestha ini telah ditandatangani 2.566 orang.
Partisipannya berasal dari beragam kota atau wilayah di Belanda seperti Eindhoven, Utrecht, Rotterdam, dan Deventer. Petisi yang ditujukan ke Kerajaan Belanda ini akan terus berjalan.