Curhat Yayu, Driver Ojek Online Perempuan di Hari Kartini: Hidup Harus Disukuri

Nama Raden Ajeng Kartini tentunya tak asing di telinga masyarakat Indonesia. Ia adalah tokoh wanita yang memperjuangkan harkat dan martabat kaum perempuan di eranya. Berkat Kartini, wanita Indonesia hari ini memiliki kesempatan yang sepadan dengan laki laki. Yayu Poli'i (50), seorang driver ojek online perempuan, mengenal sosok Kartini. Yayu dalam kesehariannya, biasa menanti orderan di sebuah warung kopi di kawasan Cijantung, Jakarta Timur.

Yayu mengungkapkan, driver ojol perempuan sangat jarang. Hal ini yang membuat Yayu merasa bangga. Bukan hanya sebagai bukti, dirinya bisa melakoni pekerjaan yang dilakukan oleh kaum laki laki , sekaligus bukti ia bisa bertahan dalam beratnya cobaan hidup. Yayu bercerita, sudah sejak tahun 2015 dirinya menjadi driver ojek online. Keputusan menjadi driver diambil Yayu lantaran kebutuhan hidup. Yayu adalah seorang single parent. Sebelumnya, ia menggantungkan hidup hanya dari pemasukan suami. Namun, begitu sang suami pergi untuk selamanya di tahun 2015, Yayu harus bekerja keras untuk menyambung hidup.

Keperluan anak anaknya adalah yang utama. Di samping itu, ia tak mungkin berpangku tangan meminta bantuan kepada orang lain ."Umur segini mau cari kerjaan susah. Dulu sebenarnya pernah kerja, tapi begitu menikah ikut suami tidak bekerja,"cerita Yayu. "Setelah suami saya meninggal, saya berpikir bagaimana cari nafkah. Tidak mungkin mengandalkan saudara, karena masing masing punya keluarga," lanjutnya "Mau tidak mau saya jadi ojol. Sedikit demi sedikit, untuk mencari tambahan. Yang penting untuk anak anak, untuk biaya sekolah atau uang jajan," jelas Yayu.

Menjadi driver ojol perempuan adalah prinsipnya."Sebenarnya, motivasi untuk seimbang dengan cowok cowok tidak ada. Saya bilang gini, mereka bisa saya juga bisa. Itu saja sih prinsipnya," katanya. Yayu bercerita, di tengah pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah Jakart pemasukannya kian menurun. Ia terdampak secara signifikan, khususnya karena ojol kini hanya boleh mengambil orderan makanan. "Berdampak sekali itu (pemberlakuan PSBB pada pemasukan, red). Benar benar dampak. Saya saja kadang satu hari itu cuma dapat satu orderan makanan," terang Yayu.

Yayu kemudian bercerita pernah ia hanya mendapat dua orderan makanan. Di tengah isu virus Covid 19, Yayu terpaksa membatasi lingkup kerjanya. Yayu kini hanya menerima pesanan yang berlokasi di sekitar tempat tinggalnya. Setiap order pesan makanan yang ia dapat, mendaat Rp. 9.600. Dibayar pemesan melalui aplikasi. "Itu pemasukan kalau dibayar Gopay masuk ke deposit saya Rp 9.600. Sehari Rp 9.600. Kalau saya dapat dua orderan ya dua kali Rp 9.600. Tapi kalau yang pesan bayar tunai, baru dia bayar Rp 12.000 jadi Rp. 15.000," kata Yayu bercerita.

Berat memang dirasakan Yayu yang juga seorang single parent. Pemasukan utamanya hanya dari orderan makanan. Hari ini pun Yayu baru mendapat satu orderan. Yang berarti, pemasukan Yayu hari ini baru Rp 9.600 saja. Namun, bukannya pasrah, Yayu mengaku ia tetap merasa bangga pada dirinya sendiri. Walau harus bersimbah keringat, Yayu tetap bertahan hidup dan dapat menafkahi anak anaknya. Di hari Kartini, Yayu berpesan kepada para wanita agar tidak mudah menyerah. Hidup harus terus disyukuri sekalipun kondisi sedang sangat tidak mengenakkan.

"Kita harus tetap semangat, jangan pantang menyerah. Kita semangat walaupun orderan sedang seret, satu dua, satu dua, kita harus tetap mengucap syukur," ujar Yayu. "Rejeki tidak akan lari, pasti disediakan. Yang penting kita lakukan dengan tulus bekerja, agar sesuatu itu tetap berkat. Jadi jangan pantang menyerah, kita harus tetap semangat dan andalkan Tuhan," ujar Yayu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *