Dokter sekaligus Youtuber, dr. Alexandra Clarin Hayes, memberikan tanggapannya terkait unggahan musisi Jerinx SID yang mengimbau masyarakat supaya jangan pernah mau melakukan tes Covid 19. Mengenai hal itu, Clarin pun memaparkan pentingnya tes Covid 19 untuk menghentikan rantai penularan virus ini. "Baku emasnya yaitu menggunakan PCR untuk swab tesnya."
"Tujuannya supaya ketika orang itu memang dinyatakan positif, kemudian melihat gejalanya juga, supaya dia bisa segera ditangani, segera diisolasi, dan virus yang ada di orang ini tidak menyebar ke semakin banyak orang," sambungnya. Clarin menambahkan, apabila virus ini menyebar maka kemungkinan mutasinya akan semakin besar. "Kalau kemungkinan mutasinya semakin besar, makin susah dan makin lama nemuin vaksinnya," lanjut dia.
Dalam menanggapi adanya imbauan untuk tidak melakukan tes Covid 19, Clarin pun menjelaskan mengenai jenis jenis pemeriksaan Covid 19 di Indonesia. Menurut Clarin, sejauh ini, terdapat dua jenis pemeriksaan Covid 19 di Indonesia. Yang pertama, yaitu screening menggunakan rapid test.
Menurut Clarin, rapid test dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien untuk dicek. Cara yang kedua yaitu swab test atau Polymerase Chain Reaction (PCR). "Jadi kalau rapid test itu hanya untuk screening aja, dimana kalau hasilnya positif nanti ya tetap harus dites PCR juga gitu dan PCR sendiri baku emasnya."
"Dari dua tes ini, nggak ada sama sekali memasukkan alat atau obat apapun ke dalam tubuh kita, yang ada darah kita diambil atau swab tenggorok kita yang diambil," terangnya. Clarin menjelaskan, orang yang terpapar Covid 19 memiliki gejala yang berbeda beda. Ada pasien yang tak mengalami gejala apapun, namun adapun pasien dengan tingkat gejala ringan, sedang, hingga berat.
Menurut Clarin, cara penanganan pasien positif Covid 19 ini tidak bisa disamaratakan. "Kalau yang ringan ya silakan pulang isolasi mandiri, bila memburuk baru hubungi layanan darurat," terang Clarin. "Kemudian ada yang sakitnya sedang biasanya masuk ke rumah sakit darurat Covid, ada yang gejalanya berat, itu masuk ke rumah sakit rujukan."
"Jadi, kalau memang orang gejalanya ringan, memang isolasi mandiri itu cara yang paling tepat tapi bila dalam perjalanannya dia memburuk, misal dia jadi sesak napas atau tiba tiba kehilangan kesadaran dan lain sebagainya ya gak bisa gak ke rumah sakit," sambungnya. Meskipun pasien dengan gejala ringan diminta untuk isolasi mandiri di rumah, Clarin menekankan, bukan berarti penyakit ini tidak berbahaya. Pasalnya, menurut Clarin, sebagian pasien yang terpapar Covid 19 ada yang mengalmi gejala sedang hingga berat. "Ada beberapa grup di komunitas saya yang bilang bahwa 'udah, sakit Covid itu kan menurut pernyataannya Doni Monardo sembuhkan sendiri di rumah kan bisa', nah ini ada beberapa yang mungkin kurang paham jadi mikirnya Covid ini nggak seberbahaya itu," kata Clarin.
"Padahal penyakitnya itu nggak cuma ringan doang, ada yang gejala sedang, ada yang gejala berat, dan ini kita nggak bisa tutup mata," tambahnya. Clarin menambahkan, pasien bergejala ringan yang kemudian mengalami gejala berat harus segera dilarikan ke rumah sakit. Lebih lanjut, Clarin pun mengatakan bahwa orang orang yang diminta untuk tes Covid 19 sudah pasti memiliki prioritas untuk melakukannya.
"Karena kita kan sendiri sekarang posisinya dengan keterbatasan alat, makanya gak bisa terlalu banyak juga dalam satu hari," terang Clarin. "Makanya kalau sudah disarankan untuk dites pasti udah prioritas bahwa anda harus dites," sambungnya. Bersama Memutus Rantai Penyebaran Covid 19
Sementara itu, Clarin juga menyampaikan, saat ini yang terpenting adalah memutus rantai penyebaran Covid 19 secara bersama sama. "Untuk caranya memutus gimana, ya harus tahu, harus dites untuk yang benar benar perlu dites siapa yang sakit dan siapa yang nggak," kata Clarin. "Buktinya ada orang tanpa gejala kan?"
"Kalau misal ternyata dia Covid, lalu dia masih beraktivitas seolah olah dia tidak Covid, gimana kita mau memutus rantai penyebarannya?" sambung dia. Lebih lanjut, Clarin menegaskan bahwa pemeriksaan Covid 19 dilakukan hanya untuk mendeteksi siapa yang telah terinfeksi. Hal ini juga berguna untuk mencegah penularan yang lebih luas.
Sehingga, diharapkan pandemi dapat segera berakhir. "Intinya tes ini untuk mendeteksi siapa yang Covid, siapa yang bukan," tegasnya. "Rapid untuk screening, PCR untuk mendiagnosis, tujuannya ya supaya bisa dicegah penyebarannya."
"Semakin cepat diputus rantai penyebarannya, ya insyaallah kita semakin cepat melewati wabah pandemi ini," sambung Clarin. Seperti diketahui, unggahan Jerinx SID soal imbauan untuk tak melakukan tes Covid 19 viral di media sosial. Tulisan tersebut diunggah Jerinx pada Senin (4/5/2020).
Dalam unggahannya tersebut, Jerinx pun berpesan pada masyarakat supaya lebih fokus menyembuhkan penyakitnya dengan cara biasa. Jerinx menilai, semakin banyak yang mau untuk melakukan tes Covid 19 maka sama saja memuluskan Bill Gates dalam memonopoli dunia. "Jangan pernah mau dites CV.
Makin banyak yang mau dites hanya akan memuluskan agenda BG memonopoli dunia. Jika anda sedang sakit, jangan mau dites CV. Fokus sembuhkan sakit anda dengan cara biasa yang sesuai dengan penyakitnya.
Yang jauh lebih bahaya dari CV adalah ketika BG (pemilik mayoritas saham farmasi global) mengendalikan apa yang ada di dalam tubuh anda." tulisnya.