Insiden perawat Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan yang dicap pembawa virus karena menangani pasien Covid 19 disesalkan banyak pihak. Dirut RSUP Persahabatan Rita Rogayah mengatakan pihaknya dapat bantuan dari sejumlah pihak usai kabar perawat mereka pergi dari indekosnya beredar. "Alhamdulillah sudah banyak yang bantu, ada hotel, apartemen mereka semua siap membantu. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua partisipan yang peduli dengan tenaga kesehatan kami," kata Rita di RSUP Persahabatan, Rabu (25/3/2020).
Pasalnya sejak memutuskan pergi dari indekosnya pada Minggu (22/3/2020), perawat tersebut tidur di RSUP Persahabatan. Pihak RSUP Persahabatan tak langsung tahu insiden karena sang perawat lebih dulu melapor ke asosiasi perawat baru ke manejemen RSUP. "Kami baru tahunya satu atau dua hari ini, sehingga kami akan memberikan solusinya. Bukan artinya mereka tidak kembali ke kosnya, mereka masih bisa. Cuma kita nanti mencarikan solusinya," ujarnya.
Rita menuturkan insiden yang menimpa perawatnya tak harus terjadi bila masyarakat memahami dan menghargai peran tenaga medis. Padahal RSUP Persahabatan sudah menyatakan siap menangani pasien Covid 19 sebelum pemerintah mengumumkan kasus pertama Covid 19. Standar penanganan mereka pun sudah teruji karena dinyatakan world health organizations (WHO) mumpuni menangani pasien.
Baik secara alat pelindung diri (APD) berupa coverall dan perlengkapan lainnya hingga standar ruang isolasi bagi pasien Covid 19. "Kami RS rujukan, berarti perawat kami menggunakan APD sesuai standar ya, dengan standar APD yang lengkap. Mudah mudahan kita semua dilindungi. Harusnya sudah tidak usah takut," tuturnya. Rita meminta masyarakat tak sekedar mencari informasi jumlah pasien positif dan pasien meninggal yang terjangkit Covid 19.
Seharusnya masyarakat mencari informasi cara mencegah penularan Covid 19 yang valid, di antaranya lewat petugas medis yang mereka kenal. Bukan justru memberikan stigma negatif bagi petugas medis yang selama ini bertaruh nyawa dalam menangani pasien. "Itulah yang musti kita pahami, berarti kita harus memberikan edukasi yang lebih banyak kepada masyarakat. Sehingga tidak perlu panik tapi ikuti lah apa yang harus dilakukan," lanjut Rita.
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan mengklarifikasi kabar adanya seorang perawat mereka yang diusir dari indekos tempat tinggalnya karena menangani pasien Covid 19. Dirut RSUP Persahabatan Rita Rogayah mengatakan perawat tersebut bukan diusir, melainkan pergi atas keinginannya sendiri karena stigma sebagai pembawa virus. "Mereka (perawat) tidak nyaman karena ada stigma, mereka bekerja di RSUP Persahabatan, sebagai rumah sakit infeksi. Sehingga kalau kembali ke rumah merasa sepertinya menularkan penyakit Covid 19 dan membawa virus," kata Rita saat dikonfirmasi, Rabu (25/3/2020).
Dampaknya, perawat sedih dan tertekan sehingga memilih bermalam di RS sejak Minggu (22/3/2020) ketimbang tidur di indekos tempatnya tinggal. Padahal seluruh tenaga medis di RSUP Persahabatan, khususnya yang menangani Covid 19 memiliki prosedur saat menangani pasien. Petugas medis yang menangani pasien Covid 19 diharuskan mengenakan alat perlindungan diri (APD) agar tak terpapar virus.
"Jadi sebetulnya mereka bukan diusir tapi merasa merasa tidaknya nyaman. Karena lingkungan menganggap mereka bekerja di RS infeksi, mereka nanti bisa bisa membawa virus nih pulang," ujarnya. Sebelumnya diberitakan, seorang tenaga kesehatan yang bertugas di RSUP Persahabatan Jakarta Timur, yang menjadi rumah sakit rujukan nasional penanganan virus corona (Covid 19), ada yang mendapat perlakukan tidak menyenangkan. Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Harif Fadhillah menjelaskan ada perawat dan tenaga kesehatan yang diusir dari tempat kostanya karena ditakutkan menularkan virus.
Laporan terkait adanya perawat yang diusir dari kostannya itu diterima pihak Persatuan Perawat Nasional sejak Minggu, 2 Maret 2020 lalu. Saat ini perawat yang disuir dari kostannya itu, sementara waktu terpaksa mengungsi di Rumah Sakit Persahabatan. "Sehingga perawat dan dokter itu sekarang yang saya dapat informasinya dan sudah saya tanya kembali mereka sedang menginap di rumah sakit," ucap Harif.
Harif menyebutkan pihak rumah sakit sedang berkoordinasi mencari tempat tinggal yang layak untuk perawat yang diusir. "Sementara ini pihak rumah sakit sedang mencarikan tempat ya," ungkap Harif. Selain dari lingkungan tempat tinggal, ada beberapa stigma negatif lainnya yang diterima perawat terkait Covid 19 seperti sulit mendapatkan perawatan maupun stigma negatif dari keluarga.
Namun Hanif mengatakan itu baru kabar mulut ke mulut saja, ia harus melakukan konfirmasi lebih detil lagi. "Saya sedang konfirmasi misalnya perawat yang satu ruanan dengan perawat yang positif berobat ke rumah sakit lain, enggan diterima menerima jadi stigma dari tenaga kesehatan dan ada anak dan suami yang merasa khawatir tapi saya masih konfirrmasi tapi kalau Rumah Sakit Persahabatan sudah betul ada," kata Harif.