Hingga Kamis (11/6/2020) tadi malam, wanita di Bogor yang dianiaya suaminya belum membuat laporan ke polisi. Korban dianiaya lantaran alat kelamin sang suami tak berfungsi saat hendak berhubungan intim. Sang suami pun mengamuk dan menganiaya istrinya sendiri.
Meski demikian, kata dia, pihaknya tetap melakukan penyelediikan untuk mengetahui motif sang suami menganiaya istrinya tersebut. Diberitakan sebelumnya, seorang pria di Bogor mengamuk karena kesal pasca gagal berhubungan intim dengan sang istri. Peristiwa ini terjadi di sebuah desa di Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor.
Namun hubungan intim tersebut gagal lantaran alat kelamin sang suami tak berfungsi sebagaimana mestinya. Diduga karena sang suami kesal, dia melampiaskan amarahnya kepada sang istri. Dia melakulan penganiayaan dengan menggunakan sebilah pisau hingga sang istri mengalami sejumlah luka di bagian tubuhnya.
Kejadian ini pun membuat geger warga sekampung tempat mereka tinggal. Setelah sang istri berhasil kabur keluar kamar dan berlari ke luar rumah menghindari amukan sang suami sampai akhirnya diselamatkan oleh warga sekitar. Setelah kejadian tersebut, warga melaporkan kejadian tersebut kepada aparatur setempat.
Kapolsek Citeureup AKP Ricky Wowor membenarkan kejadian yang menimpa pasangan suami istri tersebut. Berita lainnya, seorang pria ditemukan tak bernyawa dengan luka sayat di tubuhnya. Jasad pria itu ditemukan di kamar mandi kamar kos Jalan Sumberejo VII, Kecamatan Pakal, Surabaya.
Jasad Is pertama kali ditemukan oleh teman satu kosnya, Fahrul Firmansyah. Fahrul melihat IS sudah tewas pada Jumat (5/6/2020). Kanit Reskrim Polsek Pakal Iptu Purwanto menerangkan, malam sebelum ditemukan tewas, IS bersama Fahrul.
IS dan Fahrul bermain game bersama. Selayaknya teman, Fahrul dan IS juga bercanda semalaman di kamar. "Kebetulan sekamar berdua di kosan tersebut," kata Iptu Purwanto dikutip dari Surya.co.
Setelah bercanda dan main game, IS dan Fahrul tidur. Ketika bangun tidur, Fahrul tak melihat IS. "Dicarilah sama pelapor ini. Akhirnya ketemu di kamar mandi itu," kata Iptu Purwanto, Jumat (5/6/2020) pagi.
Fahrul syok melihat rekannya sudah tewas dengan kondisi yang tak wajar. Fahrul melihat IS sudah bersimbah darah. Ia tak berani masuk ke dalam kamar mandi.
Fahrul lantas melaporkan ke pemilik kos lalu diteruskan ke polisi. Menurut Iptu Purwanto, hasil identifikasi IS tewas kehabisan darah. Di jasad IS, terdapat luka sayat pada bagian leher kiri, nadi kiri dan alat kelamin yang terpotong.
Iptu Pruwanto mengatakan dugaan sementara IS diduga bunuh diri. Dari keterangan yang didapat polisi, IS memiliki masalah rumah tangga hingga membuatnya depresi. Diketahui IS cerai dengan istrinya tahun 2017 silam.
IS juga tercatat pernah mendapat perawatan di Rumah Sakit Jiwa Menur, Surabaya. IS dinyatakan sembuh pada tahun 2019 lalu. Sejak sembuh, IS bekerja di sebuah toko sebagai penjaga dan tinggal di kos bersama temannya.
IS diketahui warga pria kelahiran Diwek, Jombang, Jawa Timur. Namun kini beralamat di Bangilan, Tuban, Jawa Timur. Sampai sekarang belum diketahui penyebab IS bunuh diri atau nekat melakukan hal tersebut, namun dari keterangan polisi diketahui kalau IS memang berulang kali mau bunuh diri. Kehidupan IS berubah total beberapa tahun lalu. Ia berkali kali mau bunuh diri, bahkan pernah masuk ke RS Menur, Surabaya sampai kemudian dinyatakan sembuh pada 2019 lalu.
"Dari keterangan keluarga, dan keponakannya, pernah melihat korban melakukan percobaan bunuh diri pakai tali. Tapi gagal," kata Kanit Reskrim Polsek Pakal, Iptu Purwanto pada SURYA.co.id. "Untuk motifnya masih kami dalami. Karena ada barang bukti pisau kecil atau cutter di samping tubuh korban" tambah Purwanto. Sekadar diketahui, di Indonesia ada beberapa layanan bantuan untuk mencegah bunuh diri.
Belum banyak orang yang tahu kalau Kementrian Kesehatan di Indonesia mempunyai layanan bantuan berupa layanan pencegahan bunuh diri di nomor 500 454. Namun setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata layanan ini udah enggak lagi beroperasi sejak tahun 2014 karena dianggap tak lagi efisien. Meskipun begitu, hal ini tetap menunjukkan bahwa pemerintah sebenarnya ingin berperan aktif untuk melakukan pencegahan bunuh diri di masyarakat.(*)