Melonjaknya harga masker di Indonesia akibat kekhawatiran masyarakat mengenai virus corona (covid 19), menjadi sorotan media asing. Straits Time , pada Senin (10/2/2020), menulis artikel berjudul Coronavirus: Price of a box of N95 masks cost more than a gram of gold in Indonesia , yang berarti harga masker lebih mahal dari satu gram emas. Lebih mahal dari satu gram emas saat ini dijual seharga Rp 800 ribu.
Padahal hingga Straits Time menerbitkan artikel tersebut, belum ada satupun kasus virus corona di Indonesia. Tak hanya N95, masker bedah tipis juga mengalami kelonjakan harga di Indonesia. Untuk satu kotak berisikan 50 masker, dijual seharga Rp 275 ribu.
Sebelumnya, harga normal sekotak masker bedah hanya berkisar Rp 30 ribu. Banyaknya permintaan masker telah membuat sejumlah apotek di ibu kota kehabisan stok. Terkait melonjaknya harga masker di Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengkritik pemerintah yang dinilai tak melakukan apa apa.
Tak hanya itu, YLKI juga meminta pada Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) untuk menyelidiki melonjaknya harga masker di Indonesia. "Kami menyerukan kepada KPPU dan polisi mengambil tindakan tegas, untuk menghentikan pihak manaoun yang telah bertindak tidak bertanggung jawab," kata Ketua YLKI, Sudaryatmo. Ia mengatakan pemerintah harus segera bertindak dan menetapkan kebijakan mengenai kenaikan harga sebesar 30% diatas harga normal.
Sudaryatmo juga meminta agar diberikan sanksi pada siapa saja yang melanggar kebijakan tersebut. Media di Singapura, juga menuliskan artikel soal harga masker di Indonesia. Meskipun hingga artikel tersebut diterbitkan pada Rabu (12/2/2020) Indonesia belum mengonfirmasi kasus virus corona, masyarakat ramai ramai membeli masker N95.
Selain Straits Time dan mothership , media Reuters juga tutur menyoroti kenaikan harga masker di Indonesia. Menuliskan harga masker di Indonesia telah naik sebanyak 10 kali lipat dari harga normal. Menurut Kepala YLKI, kenaikan harga terjadi karena ada oknum oknum yang menimbun masker.
Wabah virus corona memicu harga barang kebutuhan pokok hingga sejumlah barang perlengkapan medis melambung. Indonesia banyak mengimpor bawang putih dari China, tempat virus corona pertama kali merebak. Menurut data Biro Pusat Stastistik (BPS) tahun 2019, realisasi impor bawang putih sebesar 465.340 ton atau senilai 529,97 juta dollar AS.
Sekitar 90 persen dari angka itu dipenuhi dari China. Pemerintah menutup sementara impor bawang putih dari China karena beredarnya isu virus corona. Hal itu langsung mempengaruhi harga bawang putih di pasaran.
Direktur Kebijakan Persaingan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Taufik Ahmad mengatakan, harga bawang putih sudah mulai melambung sejak 2 Januari 2020. Kini harga bawang putih di pasar mencapai Rp 80.000 per kilogram. Mulai 2 Januari sampai 12 Februari 2020 terjadi lonjakan harga yang signifikan dari Rp 35.000 menjadi Rp 55.000 Rp 60.000 per kg.
Kemudian naik terus ke harga Rp 70.000 hingga Rp 80.000 per kg. Tak hanya itu, harga hand sanitizer atau cairan pencuci tangan juga melonjak drastis. Harga hand sanitizer yang berukuran 500 ml kini mencapai Rp 150.000 per botol.
"Normalnya itu Rp 35.000 per botol. Kalau yang ukuran 50 ml sekarang Rp 30.000 per botol, normalnya Rp 13.000 per botol." "Tapi yang paling dicari orang yang ukuran 500 ml," kata Deby, penjual perlengkapan medis di Pasar Pramuka. Menurut Deby, kenaikan harga hand sanitizer sudah berlangsung sekitar satu bulan sejak ramainya kasus virus corona.
Deby menambahkan, saat ini para pembelinya minimal membeli 10 botol hingga 20 botol hand sanitizer . Peningkatan penjualan hand sanitizer itu membuat penjual kini sulit mendapatkan stok baru karena sudah langka di distributor. "Peminatnya banyak sejak virus corona itu, sekarang stoknya juga sulit."
"Aku susah carinya, dari distributornya langka, jadi berebutan sama penjual lain," ujar Deby.