Ganjar Pranowo: Para Perawat Tak Pernah Tolak Pasien Covid-19, Kenapa Tega Menolak Jenazah Mereka?

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyayangkan penolakan pemakaman perawat positifcoronayang meninggal di Semarang. Ganjar menyebut, petugas medis dengan segenap perjuangannya seharusnya mendapat penghormatan, bukan penolakan. "Para perawat, dokter dan tenaga medis tidak pernah menolak pasien, kenapa kita tega menolak jenazah mereka?" ungkap Gubernur Ganjar.

Ia mengajak masyarakat membangkitkan rasa kemanusiaan sehingga kejadian yang sama tak kembali terulang. "Saya ingin kembali mengajak Bapak Ibu untuk ngrogoh roso kamanungsan (membangkitkan rasa kemanusiaan) yang kita miliki," kata dia. Ganjar memastikan, jenazah pasien corona tidak akan menularkan virus.

Lantaran proses pemulasaraan dilakukan sesuai prosedur. Jenazah telah dibungkus kantong plastik yang tidak tembus air dan dimasukkan peti. "Saya tegaskan sekali lagi kalau jenazah itu sudah dikubur, virusnya ikut mati di dalam tanah. Tidak bisa keluar kemudian menjangkiti warga," kata dia.

Ganjar mengingatkan kembali mengenai fatwa MUI bahwa mengurus jenazah wajib hukumnya, sedangkan menolak jenazah berdosa. Seperti diberitakan sebelumnya, penolakan pemakaman jenazahperawat positif coronaterjadi diUngaran. Perawat tersebut akhirnya dimakamkan di Bergota, kompleks makam keluarga RSUP dr Kariadi, Semarang lantaran sempat ditolak oleh warga Ungaran.

Ujungnya, polisi menangkap dan menetapkan tersangka tiga orang tokoh masyarakat Desa Sewakul, Ungaran Barat, Semarang yang diduga menjadi provokator penolakan. Mereka adalah THP (31), BSS (54) dan S (60). Ketiganya diduga memprovokasi 10 warga untuk memblokade jalan masuk ke pemakaman.

Direktur Reskrimum Polda Jateng Kombes Budi Haryanto menjelaskan, ketiga tokoh masyarakat itu malah menghalang halangi dan melarang petugas memakamkan jenazah. Tiga pelaku diduga melanggar pasal 212 KUHP dan 214 KUHP serta pasal 14 ayat 1 UU no 4 tahun 1984 tentang penanggulangan wabah. "Warga yang melarang atau menolak pemakaman terhadap jenazah yang terinfeksi virus corona ini justru semakin membuat bingung masyarakat di daerah lain karena ketidaktahuan atau tidak paham tentang penyebaran virus corona ini," ujar dia.

Amin Sutadi (64) pasien positifvirus coronayang telah sembuh sangat terkesan dengan para tenaga medis yang merawatnya. Amin adalah orang pertama terkonfirmasi positif covid 19 diLampungini pun menjadi yang paling lama dirawat di Ruang Isolasi RS Abdul Moeloek, Bandar Lampung. "Saya dirawat dari tanggal 14 Maret 2020. Total, 26 hari saya di ruang isolasi," kata Amin saat ditemui di rumahnya, Jumat (10/4/2020).

Penatua (tokoh agama) di Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) Lampung ini terkesan dengan perjuangan para tim medis yang merawatnya. Terlebih, kondisi kesehatan Amin sempat drop di pekan pertama menjalani perawatan. "Mereka itu pahlawan yang sesungguhnya. Sabar sekali mereka merawat saya.

Satu minggu pertama, (kondisi) saya drop, nggak bisa makan. Mereka terus kasih semangat," kata Amin. Menurut Amin, terlihat sekali betapa berat beban para tim medis dalam menangani virus corona. Mulai dari kesulitan mencari urat dari pasien karena menggunakan sarung tangan, hingga terus menerus memakai masker dan kacamata selama berjam jam.

"Cari urat saya untuk disuntik itu kadang lama, karena mereka pakai sarung tangan, jadi tidak bisa sesensitif jika tidak pakai (sarung tangan). Terus mereka juga pakai kacamata itu, jadi sulit. Salut untuk mereka," kata Amin. Untuk itu, Amin mengucapkan terima kasih atas kesabaran dan ketelatenan para tim medis yang telah merawatnya hingga dinyatakan sembuh total.

Diketahui, Amin Sutadi diperbolehkan pulang dari ruang isolasi pada Kamis (9/4/2020) setelah dirawat selama 26 hari.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *